Selasa, 11 Mei 2010

Bencana Akibat Facebook

Selain membawa manfaat, Facebook juga membawa malapetaka bagi penggunanya. Ada yang bunuh diri dan dibunuh, facebook-thumbdipecat dari tempat kerja, mengalami kekerasan fisik dan lain lain. Tetapi ada juga lho yang berakhir bahagia. Gara-gara nama sama dua pasang manusia itupun akhirnya menikah!
Kira-kira apalagi ya yang bisa terjadi dengan ‘benda’ ajaib yang bernama Facebook ini? Simak rangkumannya :
1. Juli 2009, Gara-gara tidak senang dengan postingan komentar temannya, Felly melaporkan Ujang Romansyah seorang warga Bogor ke Polisi. Felly menganggap komentar Ujang mencemarkan nama baiknya. “Kami sudah memeriksa korban,” ujar Kasatreskrim Polresta Bogor AKP Irwansyah, seperti dikutip detikcom. “Dia (Felly) melaporkan pencemaran nama baik melalui situs internet Facebook”
2. April 2009, Seorang pegawai asuransi asal Swiss dipecat dari pekerjaannya gara-gara ketahuan aktif mengakses
Facebook. Sebelumnya perempuan itu meminta izin tidak bekerja karena sakit. Pihak Nationale Suisse menyatakan apa yang dilakukan pegawainya itu menghancurkan kepercayaan perusahaan. “Ini adalah pelanggaran kepercayaan, bukan sekedar aktivitas di Facebook, dan berujung pada pemutusan hubungan kerja,” ujar perusahaan itu melalui pernyataan resmi seperti dikutip situs stasiun televisi MSNBC.
3. Juli 2009,GRESIK – Gara-gara Facebook, seorang pelajar SMA gantung diri. Achmad Idris (16), siswa kelas 1 SMA itu ditemukan dalam posisi gantung diri di salah satu kandang kambing milik keluarganya di Desa Sidojangkung, Menganti, Gresik, sekira pukul 04.30 WIB.
Berdasar laporan polisi, Minggu (19/7/2009), korban diduga kecewa berat karena dibelikan telepon genggam (HP) tidak sesuai dengan harapannya. Ceritanya, sebelum ditemukan tewas gantung diri, korban minta dibelikan HP kepada ibunya, Juliyah. Namun, HP merek Nokia seharga Rp800 ribu itu ditolak karena tidak memiliki fitur jejaring sosial facebook. Dia meminta HP itu dikembalikan, namun ibunya menolak. Penolakan ini berbuntut kenekatan korban melakukan bunuh diri.
4.Maret 2009, Wisconsin, AS, dua orang perawat dipecat karena memajang foto sinar X pasien di Facebook.
Kedua perawat ini kasak-kusuk memotret foto sinar X milik seorang pasien dengan sebuah ponsel, setelah menduga bahwa benda yang bersarang di rektum si pasien adalah sebuah alat bantu seksual.
Si pasien sebelumnya memang mengaku bahwa dia pergi ke rumah sakit karena ada suatu benda bersarang di rektumnya. Mungkin karena menganggap bahwa hal tersebut lucu, kedua perawat tersebut memutuskan memajang foto itu di Facebook.
Ulah kedua perawat tersebut terbongkar saat ada seorang karyawan rumah sakit yang tidak diketahui identitasnya menelepon polisi, melaporkan perbuatan kedua perawat tersebut.
5. Seorang istri ditikam mati suaminya gara-gara perempuan tersebut menampilkan diri di situs jaringan sosial Facebook.
Sebagaimana diberitakan BBC, Wayne Forrester (34) dalam berita acara penyidikan mengatakan dirinya hancur begitu tahu bahwa istrinya, Emma (34) telah mengubah profil di Facebook menjadi “single”, beberapa hari setelah Wayne pisah tempat tinggal.
Dalam pengadilan di Old Bailey, Inggris, terungkap bahwa Wayne mengemudikan mobilnya ke kediaman Emma di Croydon, London selatan, lalu menyerang ibu dua anak itu. Korban ditikam dengan pisau dapur dan pemotong daging pada tanggal 18 Februari.
Wayne mengakui perbuatannya dan divonis 14 tahun penjara. Hakim Brian Barker dalam putusannya mengatakan “Saudara telah melakukan perbuatan yang mengerikan. Tidak ada kemungkinan hal seperti itu dimaafkan atau mendapat pembenaran.”
“Ini adalah pembunuhan yang tragis dan yang sudah anda lakukan telah menimbulkan kepedihan yang tidak bisa dinyatakan lewat kata-kata.”
Diatas adalah sebagian kecil contoh akibat penyalahgunaan facebook .Oleh sebab itu sebagai pribadi yang baik kita harus lebih berhati-hati dalam melaksanakan segala hal , dan gunakan facebook sebagai media untuk berkomunikasi yang baik dengan teman-teman dan jangan disalahgunakan hingga menimbulkan dampak-dampak negatif .

Tanggung Jawab Keluarga

Allah menciptakan manusia sebagai ciptaan yang begitu mulia bahkan diberikan kedudukan sebagai The King of the earth namun dia juga harus bertanggung jawab terhadap Allah. Alam semesta dicipta dengan kemuliaan Allah, memancarkan kemuliaan Allah tetapi satu-satunya ciptaan yang dapat memuliakan Allah hanya manusia namun sayang, manusia tidak taat dan takut pada Allah justru takut dengan apa yang dikatakan setan dan memberontak kepada Allah karena ia ingin seperti Allah. Inilah satu masalah terbesar timbulnya krisis di dunia, ketika posisi Allah digeser dalam hidupnya dan manusia yang dicipta untuk kemuliaan Allah sekarang sedang memuliakan diri, mau menjadi pusat di alam semesta. Akibat kejatuhan Adam dan Hawa, kita melihat mulai dari keluarga pertama menjadi keluarga yang banyak mengucurkan air mata, darah dan ketidakberesan di muka bumi.
Hari ini kita akan melihat konteks saat Yosua masuk ke tanah kanaan. Alkitab mengatakan, Yosua merupakan angkatan pertama yang diam di tanah Kanaan dan pada saat itu merupakan bangsa yang setia mengenal dan memperkenan Tuhan namun cucu angkatan tersebut hidup tidak mengenal Tuhan. Sekarang pertanyaannya, mengapa generasi Yosua dan anak-anak mereka hidup memperkenan Tuhan namun angkatan cucu-cucu Yosua terjadi kemerosotan dan perjinahan rohani? Bukankah mereka seharusnya memahami bagaimana tangan Allah memimpin bangsa ini dan mereka telah mendengar berulang kali apa yang sudah dikerjakan oleh Allah terhadap umat pilihannya? Tetapi mengapa sesudah generasi ketiga ini justru mengalami kemerosotan? Bagaimana mereka tidak jatuh kalau kebudayaan disekitarnya rusak? Bukankah tanah kanaan disuruh dihancurkan namun realitanya tidak dihancurkan sehingga dalam tanah Kanaan masih banyak bangsa Kanaan yang kafir yang menyembah berhala sehingga tidak heran kalau akhirnya bangsa Israel pola hidupnya juga dipengaruhi oleh pola pikir yang merusak dari masyarakat dan lingkungan yang jelek ini. Kita selalu berpikir orang lain dan dari luar diri kita yang salah. Sesudah manusia jatuh dalam dosa, hal itu memang mempunyai dampak dan pengaruh negatif serta mereka merupakan masyarakat yang sudah sakit, bengkok dan pezinah-pezinah rohani di hadapan Tuhan. Ini tidak mengherankan, tetapi bagi saya masalahnya bukan disana. Masalahnya adalah tanggungjawab umat Israel untuk mendidik anak-anak mereka karena Allah tidak pernah berfirman kepada bangsa kafir, yang sudah rusak dan yang belum diselamatkan untuk mendidik anak-anak Tuhan. 
Saudara, apa yang dilakukan oleh generasi Yosua? Ketika Yosua mempunyai anak ia mengajar bagaimana tangan Tuhan memanggil, memimpin dan kuasa Tuhan bekerja melalui Musa sehingga mereka memahami walaupun mereka tidak dapat melihat karena terus diajarkan berulangkali. Tetapi sesudah generasi itu mereka lebih memberikan harta yang bersifat materi atau pengetahuan yang tidak ada hubungannya dengan kekekalan sehingga tidak heran ketika pendidikan rohani mereka rapuh, mereka lebih mudah untuk dipengaruhi bangsa-bangsa lain. Ini yang menyebabkan bangsa itu makin lama makin jauh dari Tuhan. Ketika kita keropos, hati kita kosong, pikiran kita selalu terarah ke bawah memandang kepada kenikmatan duniawi ini, itulah mulai bencana di dalam kerohanian umat manusia. Apa yang terjadi? Akhirnya pelan-pelan, mulai masuk melalui mata, telinga, dalam hati dan mulai menguasainya. Sesudah hatinya dikuasai oleh virus seperti ini, seluruh keberadaan dirinya, pikirannya, akal sehatnya, hatinya secara moral dan juga kekuatan rohaninya untuk melawan dosa sudah dilumpuhkan. Itu menjadi satu kekuatan yang membuat bangsa Israel menjadi bangsa yang mengalami kemerosotan luar biasa. Jangan salahkan budaya yang sudah jatuh, sekolah yang tidak beres, masyarakat yang tidak beres dan media massa yang tidak beres. Tetapi bagaimanakah tanggung-jawab kita untuk mendidik anak-anak yang diberikan oleh Tuhan. Saya rasa pengalaman bangsa Israel ini juga menjadi contoh bagi kita. Kalau boleh saya tanya berapa banyak orang tua mempunyai pengaruh dan teladan bagi anak-anak mereka? Saya akan memberi contoh dari hal yang paling kecil. Waktu kita datang ke dalam ibadah dan kita tidak pernah menghormati ibadah itu, kita datang selalu terlambat maka anak kita akan menirunya. Jangan saudara pikir bahwa hal-hal yang kecil tidak pernah menjadi teladan.
Betapa besarnya pengaruh orang tua! Tidak heran kalau saat saya mengajar, banyak murid yang berkata bahwa orang yang paling tidak mereka sukai adalah orang tua mereka, padahal orang tua mereka adalah orang Kristen. Survei di Amerika membuktikan bahwa dari sekian banyak yang tidak disukai oleh remaja, yang pertama adalah orang tua mereka. Ini menjadi suatu pukulan bagi saya. Walaupun kita dapat memiliki harta yang banyak, tetapi kalau anak kita hancur semua itu sama sekali tidak ada artinya. Seperti apakah jaman kita ini? Mau kemanakah kita sebenarnya? Ketika saya melihat anak saya yang begitu mungil, saya membayangkan bagaimana kalau ia sudah besar nanti. Saya berdoa supaya Tuhan memberikan kepada saya kemampuan untuk mendidik anak saya secara bertanggung-jawab sehingga semua potensi yang ada padanya tidak sia-sia. Anak saya adalah harta Tuhan yang begitu berharga yang Tuhan titipkan sementara dan bukan milik saya. Saya harus menggarap dia secara bertanggung-jawab di hadapan Tuhan. Itu bukan hanya tugas sekolah minggu, itu bukan hanya tugas sekolah, tetapi adalah tugas keluarga. Kalau orang tua tidak mempunyai pengaruh maka tidak heran kalau kebudayaan sekitar kita sudah merembes masuk ke dalam pikiran dan hati mereka. Tidak heran, generasi ini sudah melahirkan anak-anak yang melawan orang tua, melawan Tuhan, yang tidak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah dan mana yang memuliakan Tuhan atau tidak sekalipun mereka dibesarkan dalam gereja. Keluarga adalah pendidikan pertama, bagi saya itulah gereja pertama yang harus ia kenal, itulah gereja pertama dimana di dalamnya cinta Tuhan diajarkan. Teladan hidup juga mencerminkan cinta Tuhan yang membimbing mereka dengan benar, sehingga mereka bukan hanya melihat orang yang hanya berbicara tetapi tidak memberikan teladan. Ketika mereka lihat dunia, mereka melihat keluarga-keluarga lain yang tidak beres, mereka masih dapat memberikan counter. Jangan berambisi untuk mengubah dunia, tetapi carilah bagaimana kita mendidik anak kita supaya dapat berpengaruh di dunia ini dan menjadi terang. Bagi saya, gereja yang sehat harus dimulai dari keluarga. Itu sebabnya, kemarin saya berkata kapan kita mempunyai persekutuan dimana keluarga-keluarga dapat berkumpul dan saling berbagai pengalaman tentang bagaimana mendidik keluarga sehingga anak-anak dapat bertumbuh dengan baik. Keluarga diberikan sebuah tugas, sebuah tanggung-jawab yang begitu mulia dan agung.
Guru-guru Sekolah Minggu jangan berpikir tidak turut berperan dalam mendidik anak. Saya sangat sedih jika guru-guru hanya datang untuk mengajar, untuk menyampaikan informasi. Bagi saya, pendidikan harus menghasilkan transformasi. Itu sebabnya jangan berharap pada dunia dan pendidikan luar. Kalau guru-guru di dalam gereja tidak bertanggung-jawab, dalam keluarga mereka tidak mengalami suatu kesejahteraan, gerejapun tidak dapat menjadi rumah bagi mereka, dimana lagi pendidikan mau diadakan dan dijalankan? Apalagi jika sekolah-sekolah yang menyebut dirinya Kristen ternyata justru mandul dan lumpuh, dan di dalamnya justru terdapat paling banyak anak-anak yang hidupnya tidak beres. Hai guru-guru, tugasmu berat, tanggung-jawabmu berat, tetapi tanggung-jawabmu begitu mulia, karena Tuhan mau engkau menjadi pendidik-pendidik yang bertanggung-jawab, bukan hanya melalui apa yang engkau ajarkan, tetapi juga melalui teladan yang engkau berikan. Berapa banyak orang yang berani berkorban menjadi guru S.M. dan mati-matian belajar untuk menjadi guru yang profesional? Saya ingin mengakhiri ini dengan satu kesaksian.
1). Ketika saya pelayanan di satu sekolah SMP, saya bertemu dengan seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang broken home. Sejak kecil ia tidak pernah merasakan kasih sayang Tuhan, ia bergaul bebas dan waktu SMP ia sering berganti pacar hingga melakukan hubungan seks. Saat mendengarkan firman, ia bertobat namun ia bingung bagaimana dapat lepas dari kekuatan dosa yang mengikatnya dan bertanya-tanya apakah Tuhan masih mampu mengampuni saya. Waktu itu saya diam dan hanya dapat menyuruh dia keluar dari lingkungannya yang buruk. Tetapi hal itu tidaklah mudah. Di saat saya bertemu dengan dia, dia kembali jatuh dan jatuh lagi. Kekuatan godaan itu begitu kuat mengikat dan membelenggunya sehingga ia tidak dapat lepas. Saya hanya dapat berdoa supaya Tuhan mengampuni orang tuanya karena mereka tidak bertanggung-jawab terhadap anak yang Tuhan berikan. Mungkin anak ini kalau tidak sungguh-sungguh mengalami cinta Tuhan dan dirombak oleh Tuhan ia juga akan menghasilkan pernikahan yang pincang pula.
Biarlah kita berdoa supaya Tuhan memberikan kekuatan agar kita dapat menjadi saksi bagi kemuliaan nama-Nya. Amin.

Pandangan Hidup Manusia

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
1. Biologi 
  • ciri-ciri fisik 
  • ciri-ciri mental
2. Habitat
  • Pandangan konvesional dari evolusi manusia menyatakan bahwa manusia berevolusi di lingkungan dataran sabana di Afrika. (lihat Evolusi manusia). Teknologi yang disalurkan melalui kebudayaan telah memungkinkan manusia untuk mendiami semua benua dan beradaptasi dengan semua iklim. Dalam beberapa dasawarsa terakhir, manusia telah dapat mendiami sementara benua Antartika, mendiami kedalaman samudera, dan ruang angkasa, meskipun pendiaman jangka panjang di lingkungan tersebut belum termasuk sesuatu yang hemat. Manusia, dengan populasi kurang lebih eman milyar jiwa, adalah salah satu dari mamalia terbanyak di dunia.
  • Sebagian besar manusia (61%) berkediaman di daerah Asia. Mayoritas sisanya berada di AmerikaAfrika (13%) dan Eropa (12%), dengan hanya 0.3% di Australia. (14%),
  • Gaya hidup asli manusia adalah pemburu dan pengumpul, yang diadaptasikan ke sabana, adegan yang disarankan dalam evolusi manusia. Gaya hidup manusia lainnya adalah nomadisme (berpindah tempat; terkadang dihubungkan dengan kumpulan hewan) dan perkampungan menetap yang dimungkinkan oleh pertanian yang baik. Manusia mempunyai daya tahan yang baik untuk memindahkan habitat mereka dengan berbagai alasan, seperti pertanian, pengairan, urbanisasi dan pembangunan, serta kegiatan tambahan untuk hal-hal tersebut, seperti pengangkutan dan produksi barang.
3. Populasi
  • Dalam kurun waktu 200 tahun dari 1800 sampai 2000, populasi dunia telah bertambah pesat dari satu hingga enam milyar. Diperkirakan mencapai puncaknya kira-kira sepuluh milyar selama abad ke-21. Sampai 2004, sebuah minoritas yang cukup besar — sekitar 2.5 dari jumlah 6.3 milyar jiwa — tinggal di sekeliling daerah perkotaan. Urbanisasi diperkirakan akan melonjak drastis selama abad ke-21. Polusi, kriminal dan kemiskinan hanyalah beberapa contoh dari masalah yang dihadapi oleh manusia yang tinggal di kota dan pemukiman pinggiran kota.
4. Kerohanian & Agama
  • animisme
  • mistikme
  • politheisme
  • monotheisme
Pandangan dunia dominan pada abad pertengahan Eropa berupa keberadaan manusia yang diciri-cirikan oleh dosa, dan tujuan hidupnya adalah untuk mempersiapkan diri terhadap pengadilan akhir setelah kematian. Pencerahan / pewahyuan digerakkan oleh keyakinan baru, bahwa, dalam perkataan Immanuel Kant, "Manusia dibedakan di atas semua hewan dengan kesadaran-dirinya, yang mana ia adalah 'hewan rasionil'". Pada awal abad ke-20, Sigmund Freud melancarkan serangan serius kepada positivismepikiran bawah sadar. mendalilkan bahwa kelakuan manusia mengarah kepada suatu bagian besar yang dikendalikan oleh
Dari titik pandang ilmiah, Homo sapiens memang berada di antara spesies yang paling tersama-ratakan di Bumi, dan hanya ada sejumlah kecil spesies tunggal yang menduduki lingkungan beraneka-ragam sebanyak manusia. Rupa-rupa usaha telah dibuat untuk mengidentifikasikan sebuah ciri-ciri kelakuan tunggal yang membedakan manusia dari semua hewan lain, misal: Kemampuan untuk membuat dan mempergunakan perkakas, kemampuan untuk mengubah lingkungan, bahasa dan perkembangan struktur sosial majemuk. Beberapa ahli antropologi berpikiran bahwa ciri-ciri yang siap diamati ini (pembuatan-perkakas dan bahasa) didasarkan pada kurang mudahnya mengamati proses mental yang kemungkinan unik di antara manusia: kemampuan berpikir secara simbolik, dalam hal abstrak atau secara logika. Adalah susah, namun, untuk tiba pada suatu kelompok atribut yang termasuk semua manusia, dan hanya manusia, dan harapan untuk menemukan ciri-ciri unik manusia yang adalah masalah dari renungan-diri manusia lebih daripada suatu masalah zoologi.

Keadilan dalam Hukum

Keadilan dalam hukum secara harfiahnya mempunyai makna yang sempit yakni apa yang sesuai dengan hukum dianggap adil sedang yang melanggar hukum dianggap tidak adil. Jika terjadi pelanggaran hukum, maka harus dilakukan pengadilan untuk memulihkan keadilan. Dalam hal terjadinya pelanggaran pidana atau yang dalam bahasa sehari-hari disebut “kejahatan” maka harus dilakukan pengadilan yang akan melakukan pemulihan keadilan dengan menjatuhkan hukuman kepada orang yang melakukan pelanggaran pidana atau kejahatan tersebut.
Pengertian yang sempit demikian sejalan dengan tujuan dari hukum itu sendiri yakni mengatur hubungan antara individu dengan individu dan atau antara individu dengan negara selaku penguasa.
Bahwa kemudian seseorang atau suatu golongan yang merasa tidak mendapat keadilan dari suatu proses hukum hal tersebut karena di masyarakat ada pengertian tentang "keadilan sosial" yang notabene memiliki perbedaan yang jauh dari pengertian tentang "keadilan hukum". Dari perspektif keadilan sosial, keadilan hukum belum tentu adil. Misalnya dalam masalah pembebasan bersyarat Tommy Soeharto, menurut hukum setiap narapidana mempunyai hak mendapat pembebasan bersyarat karena memang tujuan dari pemasyarakatan bukanlah "balas dendam", itu artinya, Tommy Soeharto selaku narapidana berhak mendapatkan pembebasan bersyarat tersebut, akan tetapi ternyata menurut masyarakat luas pembebasan bersyarat yang diterima Tommy menjadi suatu hal yang "aneh".
Perspektif keadilan sosial yang tumbuh dan berkembang di masyarakat selalu mengartikan bahwa setiap orang berhak atas “kebutuhan manusia yang mendasar” tanpa memandang perbedaan “buatan manusia” seperti ekonomi, kelas, ras, etnis, agama, umur, dan sebagainya. Inilah menyulitkan memaknai "keadilan" dalam suatu proses hukum. Seorang yang haknya telah dilukai dalam suatu kejahatan tentunya akan kecewa sekali ketika mengetahui bahwa si pelaku kejahatan mendapatkan hukuman yang ringan. Si korban sudah pasti menghendaki hukuman yang seberat-beratnya untuk si pelaku.

sumber : advokatku)