Selasa, 08 Juni 2010

Seks dan Anak, Kehidupan Manusia di Masa Depan

Mariska Lubis
6 dari 14 Kompasianer menilai Bermanfaat.
elaan.wordpress.com
Illustrasi: elaan.wordpress.com
Terlalu sering kita mendengar masalah tentang seks dan anak. Mulai dari pelesehan sampai ketidaktahuan tentang seks yang benar dan sehat. Semuanya menjadi salah. Selalu saja salah. Bagaimana kalau sampai ini terus berlanjut?! Bagaimana dengan masa depan?!
Sedih rasanya setiap kali mendengar cerita bagaimana perlakuan yang diterima oleh seorang anak. Tidak perlu harus mengalami pelecehan seksual ataupun kekerasan, tetapi mengetahui bagaimana mereka mendapatkan pendidikan soal seks saja sering membuat saya miris. Bagaimana tidak, ini semuanya menyangkut masa depan. Bukan hanya masa depan anak itu tetapi juga masa depan semua. Satu hal yang kecil yang kita abaikan bisa menjadi dinamit besar yang meledak di masa mendatang.
Yang paling mudah saja, misalnya soal nama organ seksual mereka. Banyak orang tua yang mengajarkan anaknya untuk mengganti penis menjadi burung atau vagina menjadi kupu-kupu. Kenapa harus menjadi burung dan kupu-kupu?! Bagaimana membedakannya dengan burung dan kupu-kupu yang sebenarnya?! Bagaimana bila kemudian penis dan vagina itu menjadi sama dengan burung dan kupu-kupu yang bisa terbang?! Kalau kemudian jadi takut terbang dan dipegang terus bagaimana?! Kalau kemudian juga jadi merasa boleh terbang dan hinggap ke sana ke mari?! Ini sudah menjadi bahan penelitian karena sudah banyak menyebabkan masalah, lho?!
Sudah baca juga, kan, tulisan saya yang berjudul “Mawar Merah Perempuan Muda“?! Menceritakan bagaimana ketidaktahuan dan juga kesalahpahaman tentang seks bisa menjerumuskan dan membahayakan?! Apa kemudian ini harus terus terjadi?!
Ada seorang anak jalanan yang pernah saya wawancarai. Waktu itu dia sudah berusia 16 tahun dan sedang hamil muda. Saya berani bertanya kepadanya karena dia sejak kecil sudah ada di perempatan jalan dekat salah satu TPU Karet di Jakarta dan saya sering berinteraksi dengannya. Waktu itu saya menanyakan siapa suaminya dan apakah dia menikah dengan pria yang menghamilinya?! Dia mengaku kalau dia memang menikah namun bukan dengan pria yang menghamilinya, tetapi memang dengan pria yang sering berhubungan badan dengannya. Yang menghamilinya dia tidak tahu pastinya. Soalnya, dia juga terkadang suka menjajakan diri bila sedang membutuhkan uang lebih banyak.
Pertanyaan saya pun berlanjut, saya ingin tahu lebih dalam lagi soal bagaimana dia mengetahui dan melakukan seks. Dia mengaku kalau tahu pertama kali seks lewat masturbasi. Dia diajarkan oleh teman pria sesame anak jalanan yang usia lebih tua. Waktu dia pertama kali melakukannya ketika masih berumur sekitar sembilan tahun dan teman prianya itu berusia sekitar 14 tahunan. Dia diajarkan bagaimana melakukan masturbasi sendiri dan juga melakukan masturbasi untuk pria muda itu. Sedangkan melakukan hubungan seksual, dia lakukan pertama kali, juga dengan teman prianya yang lain. Seorang pemuda tanggung usia yang tinggal di dekat daerahnya sering mangkal. Apalagi kalau bukan dirayu dengan alasan cinta?! Hmmm….
Merasa sudah terlanjur, akhirnya pada suatu saat ketika dia sedang membutuhkan uang cukup banyak, dia memberikan diri untuk menawarkan tubuhnya. Ternyata ada juga yang mau membelinya. Dia pun mendapatkan uang yang lebih banyak dari yang biasanya didapatkannya. Jadilah, kemudian dia sesekali menjajakan diri. Ngenes, nggak, sih?! Baca juga, deh, tulisan saya tentang “Anak Pun Dijadikan Pelampiasan Nafsu.
Bicara soal seks dan anak tidak akan pernah ada matinya. Selalu saja ada bahan yang bisa dijadikan pemikiran dan pemikiran. Paling sering, sih, harus sampai mengerenyitkan dahi dan mengelus dada sambil mengusap air mata. Mau sampai kapan ini semua terus terjadi?!
Seks yang bagi saya adalah titik awal kehidupan dan kehidupan itu sendiri, dan anak adalah manusia yang di masa depan. Oleh karena itulah, seks dan anak adalah kehidupan manusia di masa depan. Kemudian yang menjadi pertanyaan, bagaimana dengan kehidupan manusia di masa kini untuk kehidupan manusia di masa depan nanti?!
Sudah waktunya kita semua berpikir dengan benar dan melakukan yang benar. Semua yang terjadi sekarang ini, menurut saya adalah akibat dari kesalahan atas cara kita semua memandang segala sesuatunya. Kita memang terlalu mudah terbawa dengan arus dan melihat semuanya hanya dari satu sisi pandang saja. Melupakan bahwa selalu ada hal lain yang juga patut diperhatikan. Bila kita memang selalu bicara soal moral dan juga etika serta rasa, maka alangkah indahnya bila apa yang menjadi landasan dari semua itu bisa benar-benar diterapkan. Sebuah keadilan dengan segala ketulusan dan kejujuran dan dengan penuh cinta yang sebenar-benarnya.
Saya memang bukan yang memiliki kapasitas dan kemampuan untuk turun dan terjun langsung mewujudkan apa yang menjadi mimpi kita bersama. Saya hanya bisa memberikan apa yang bisa saya berikan sesuai dengan kemampuan dan juga dengan segala keterbatasan saya. Namun, saya sangat berharap agar apa yang saya berikan ini bisa memberikan banyak manfaat bagi semua karena semua ini tidak mungkin bisa menjadi nyata bila memang tidak kita lakukan bersama. Semua memiliki kemampuan dan kelebihan masing-masing dan juga kekurangan masing-masing. Jangan pernah takut ataupun malu hanya karena tidak bisa memberikan lebih banyak. Yang paling utama adalah niat yang baik dan tulus dan ikhlas serta sungguh-sungguh. Semua pasti bisa!!! Kita bisa!!!
Semoga saja apa yang kita lakukan bersama dengan Seribu Tangan Cinta, kehidupan manusia di masa depan bukan lagi hanya sekedar mimpi indah namun menjadi sebuah kenyataan yang nyata dan benar-benar nyata.
Kita usaha sama-sama, ya!!!
Salam Kompasiana,
Mariska Lubis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar